Buku
TBM di PKBM: Model dan Strategi Pengembangannya
Tak ada peradaban dimanapun yang tak meninggalkan jejak, jejak yang dianggap paling maju adalah peradaban berbasis aksara. Begitulah kira-kira yang dipahami oleh masyarakat modern. Bahwa posisi teks bagi kehidupan kita saat ini sangatlah penting Ian strategis. Ia tak hanya sebagai media komunikasi, tetapi juga .,( hagai indikator terwujudnya sebuah peradaban yang bermutu. Lila merunut ke belakang, Indonesia baru memulai tradisi wunulis secara meyakinkan mulai setelah Kemerdekaan. Jadi, saw abaci raja belum genap. Sebelum Kemerdekaan, Indonesia adalah iwnganut tradisi lisan yang kuat—terutama di kalangan masyarakat awam (bukan kaum elite bangsawan). Bahkan biarpun hari ini berrbagai akses informasi dan ilmu pengetahuan terbuka luas, tradisi menulis tetap belum mampu menggeser tradisi lisan yang sudah mengakar tersebut. Karena itulah maka setiap usaha menggerakkan gairah tulis-menulis di negeri ini, atau lebih keren disebut dengan "Itterasi", perlu kita apresiasi setinggi-tingginya. Apalagi bila pcnggerak literasi itu adalah para petani, pedagang, buruh, guruhonorer, kaum miskin kota, seperti para penulis di buku ini, maka semestinya perlu kita acungi empat jempol seketika. Buku ini ditulis oleh mereka yang sejak awal tidak punya cita-i la menjadi penggerak literasi. Hanya karena resah terhadap I niruknya kualitas sumber daya manusia di sekitar tempat tinggalnya, increka, dengan segala keterbatasan yang dimiliki, menginisiasi gerakan pemberdayaan masyarakat yang pintu masuknya adalah ge rakan literasi. Kongkretnya, mereka adalah para pegiat Taman
Bacaan Masyarakat (TBM), salah satu program ungg,ulan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Tidak tersedia versi lain