Buku
Bahrum Rangkuti dan Pandangan Dunianya
Anita K Rustapa melihat hasil karya-karya Bahrum Rangkuti itu dikaitkan dengan juga riwayat kehidupan Bahrum Rangkuti, hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan dunia kepengarangan atau kesastraan dari seorang Bahrum Rangkuti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Bahrum Rangkuti itu adalah seorang:1. Bahrum Rangkuti adalah seorang sastrawan religius yang kereligiusannya itu tumbuh berkat pengaruh pendidikannya, baik dalam rumah, dari ibunya, dari bangku sekolah sejak SD sampai ke perguruan tinggi, dari lingkungan pekerjaannya sebagai mubalig dan Sekjen Departemen Agama, maupun dari lingkungan masyarakatnya.
2. Kereligiusan Bahrum Rangkuti tidak hanya di permukaan, tetapi meresap sampai ke tulang sumsumnya karena kesungguhan penghayatannya sehingga dalam setiap langkah, tindakan, bahkan setiap napasnya diwarnai oleh jiwa keagamaannya. Ini terlihat dalam tindakannya dan dalam karya sastranya, baik sajak, cerpen, maupun drama.
3. Falsafahnya adalah beriman dan beramal saleh.
4. Hubungan dengan para pendidiknya, ia sangat mendukung cita-citanya mengembangkan falsafah beriman dan beramal saleh itu.
5. Jiwa Bahrum menghendaki pembaruan dalam segala hal, terutama dalam pandangan agamanya. Pembaruan menurut Bahrum harus disertai amal perbuatan di samping penyucian diri.Kecintaannya terhadap sastra telah diilhami pengarang Pramudya Ananta Toer, dengan karyanya Keluarga Gerilya, Hamka dengan karyanya Di Bawah Lindungan Kabah, dan Saribi Afn dengan puisinya yang religius. Di samping itu, ia senang membaca buku-buku para filsuf eksistensialis Barat dan para filosof Timur. Yang paling berkesan di hatinya adalah karya pujangga Mohammad Iqbal. Walaupun senang membaca karya filsuf Barat, ia tidak sepaham dengan mereka itu. Yang dicarinya adalah pribadi yang kuat dalam bayangan Tuhan (lihat halaman 71-74) dan hal itu ditemukannya dalam diri Mohammad Iqbal. Di samping itu, falsafah hidup Iqbal yang menganjurkan agar orang-orang Islam itu beriman dan beramal saleh sangat mempengaruhi pribadi dan kehidupan Bahrum Rangkuti sehingga hal itu tercermin, baik dalam kehidupan-nya maupun dalam karya sastranya.
Masalah yang dikemukakan dalam sajak-sajak Bahrum Rangkuti cenderung merupakan ekspresi pikiran dan perasaan pengarang yang mirip dengan penghayatan terhadap kehidupannya sehari-hari karena apa yang ditulis dalam sajak itu mirip dengan yang ditemukan dalam kehidupannya. Sebagai contoh nyata adalah usahanya mengelola kaum gelandangan dan anak yatim dapat dilihat dalam kehidupannya dan dapat disimak dalam sajak-sajaknya.Cita keagamaan Bahrum Rangkuti yang begitu dalam didukung oleh bakatnya sebagai sastrawan sehingga hampir semua karya sastranya, baik yang berbentuk sandiwara radio, cerpen, terutama yang berbentuk puisi bernapaskan keagamaan. Unsur-unsur persajakan lain, seperti unsur bunyi dan pilihan kata, disesuaikan dengan napas keagamaan itu. Unsur isi yang berkaitan dengan pesan keagamaan, seperti ajakan, anjuran, dan nasihat untuk beriman dan beramal saleh sesuai dengan yang dianjurkan dalam Alquran sehingga sajak-sajak itu terkesan sebagai sarana penyampai dakwah yang menjadi tugasnya sehari-hari.
Meskipun demikian, kehadiran Bahrum Rangkuti dalam dunia sastra Indonesia sangat berarti, terutama sebagai sastrawan keagamaan. Kalau Bahrum Rangkuti dalam skripsi sarjananya menampilkan sastrawan keagamaan (Islam), seperti A.A. Navis, Amir Hamzah, Achdiat K. Mihardja, dan lain-lainnya, yang telah memunculkan masalah keagamaan dalam karya sastra mereka, Bahrum Rangkuti dapat dimasukkan sebagai salah seorang yang tergolong dalam kelompok itu.
Tidak tersedia versi lain