Buku
Jejak Langkah Setelah Sangiran
Terletak di rangkaian "cincin api" dan pertemuan lempeng tektonik, Kepulauan Nusantara ternyata telah mendapat anugerah tersendiri dengan kesuburan tanahnya sejak dulu sekali, sehingga menjadi salah satu daya tarik manusia untuk tinggal di dalamnya. Endapan-endapan volkanik purbanya merupakan saksi kehidupan manusia di masa silam, yang oleh waktu dan kekuatan geologis, bukti-bukti kehidupan itu sampai ke tangan kita sebagai sebuah kisah kemanusiaan yang tidak pernah terputus sejak jutaan tahun yang lalu. Salah satu lakon adalah Homo erectus, sebuah spesies manusia purba yang sangat kondang eksistensinya di dunia, telah tampil begitu perkasa di Bumi Jawa sejak 1.5 juta tahun yang lalu. Disusul kemudian dengan munculnya spesies kita secara kontroversial, Homo sapiens, yang sempat memberikan berbagai polemik tentang hubungan evolutif antara keduanya. Persoalan klasik yang telah muncul secara tegar dalam dunia paleoanthropologi hingga saat ini adalah : apakah kita, para Homo sapiens itu, adalah keturunan Homo erectus atau merupakan sebuah spesies tersendiri yang justru menggantikannya? Lalu, bagaimana sebenarnya proses evolusi dari Homo erectus --sang penghuni Sangiran (dan beberapa situs hominid lainnya)-- ke Homo sapiens hingga saat ini, apakah merupakan garis evolutif monolinier atau justru multilinier? Persoalan evolusi itu pun segera menjadi semakin menarik, ketika akhir-akhir ini dipertanyakan pula keberadaan "Benua Atlantis", sebuah surga yang hilang di akhir Jaman Es sekitar 11.000 tahun silam. Naiknya permukaan laut karena mencairnya gumpalan-gumpalan es akibat pemanasan global, telah menenggelamkan "Benua Atlantis" itu, hingga hanya meninggalkan jajaran kepulauan, yang saat ini dikenal bernama Nusantara. Benarkah benua yang tenggelam itu adalah Indonesia? Buku ini bercerita secara runtut tentang kisah manusia sejak punahnya Homo erectus sekitar 100.000 tahun lalu, hingga muncul dan tersebarnya Homo sapiens, terutama di Kepulauan Nusantara, yang selama ini telah dianggap sebagai salah satu dari sedikit pusat evolusi di dunia. Kedatangan Manusia Modern yang dianggap demikian mendadak di kepulauan ini sejak 13.000 tahun silam, segera menghiasi gua-gua hunian prasejarah oleh Ras Australomelanesid. Saat itu mereka hidup dan bersinggungan dengan perubahan bentang kepulauan di akhir Jaman Es, yang berimplikasi terhadap spekulasi tentang Benua Atlantis, sebuah benua yang dinyatakan hilang dan segera dicari dan dipertanyakan orang. Kisah itupun berlanjut hingga kedatangan dan persebaran Ras Mongolid sekitar 5.000 tahun lalu, ras bangsa-bangsa Austronesia kita, yang akhirnya menjelma menjadi ratusan kelompok etnis yang saat ini mendominasi populasi aktual Nusantara. Disajikan dengan bahasa yang populer dan penuh ilustrasi dalam tata warna, buku ini menjadi mudah dicerna oleh pembaca. Dari judul buku, kita akan segera tahu bahwa buku ini merupakan kisah lanjut dari buku pertama, "Sangiran Menjawab Dunia". Saya menyambut gembira terbitnya buku ini oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, yang bersama-sama buku pertamanya, telah memberi gambaran jejak langkah kisah manusia sejak pertama kali muncul hingga menjadi penghuni aktual Kepulauan Nusantara saat ini. Sebuah buku yang sarat tentang perjalanan manusia lndonesia sejak awal sekali, dan mampu memperjelas kehadiran Manusia Modern, dalam mosaik yang cukup menantang untuk dipahami. Semoga buku ini akan mampu memberi pencerahan tentang jati diri bangsa Indonesia, dan bermanfaat bagi khalayak luas, baik insan akademis maupun masyarakat umum.
Tidak tersedia versi lain